Sebelum
tahun 1959 Soenarto PR sudah kenal baik dengan penyair kondang Kirdjomuljo juga
sebelum tahun 1959 itulah Soenarto PR berhubungan dengan kalangan seniman sudah
sangat luas. Saat itu Kirdjomuljo salah satu teman dekat Soenarto PR mempunyai
kelompok teater yang paling ternama di Indonesia. Soenarto PR pernah
mendampingi teater yang dibawa oleh Kirdjomuljo tersebut yang waktu itu teater
harus mempunyai tenaga untuk dekorator, yang tugasnya mendekorasi panggung.
Abdullah Sidiq juga salah satu teman dekat Soenarto PR meminta Soenarto PR
untuk menggantikan pekerjaan Abdullah untuk mendekorasi panggung untuk
pementasan, waktu itu pementasan yang diangkat adalah Puisi Rumah Bambu penyairnya Kirdjomuljo, musiknya FX Soetopo. Saat
pertunjukan Puisi Rumah Bambu
Soenarto PR mendekorasi panggung sengaja menggunakan bahan dari bambu yang
dibuat melintang, jadi antara penonton dan panggung itu ada bambu-bambu
melintang, orang yang menonton masih bisa menembus melihat yang ada dipanggung.
Bambu yang dibuat melintang itu tadi dibuat ada rongga, jadi penonton masih
bisa melihat pemain yang ada di belakang panggung seperti yang main piano.
Disitu juga ada tempat kosong yang digunakan untuk akting. Soenarto PR sangat
senang sekali dengan hasil karyanya yang mendekorasi panggung pertunjukan itu.
Soenarto PR juga mengagumi permainan musik FX Soetopo, karena memang FX Soetopo
sekolah di AMI (Akademi Musik Indonesia) yang saat itu satu panggung dengan
Soenarto PR, FX Soetopo mengatakan “kenyang satu tahun” yang dimaksudkan adalah
beliau-beliau ini akan merasa puas selama satu tahun dari hasil karya beliau
yang dibuat untuk pementasan ini. Soenarto PR setelah beberapa bulan
pertunjukan Ia masih merasa senang sekali dengan hasil karya mendekorasi
panggung tadi. Dari hasil karya Soenarto PR mendekorasi panggung tidak ada yang
protes, semua menikmati dan senang dengan hasil karyanya.
Soenarto
PR cukup dikenal dengan lukisan-lukisannya, tetapi Ia masih hidup sebagai
gelandangan, dengan hidup seenaknya yang Ia mau atau dia sering
menyebutnya hidup bohemin . Suatu
hari bertiga Soenarto PR, Kirdjomuljo, dan Heru Soetopo orang teater sedang
berbincang-bincang “to, kamu jadi pelukis kok nggak punya sanggar” Soenarto PR
diledek oleh Kirdjomuljo, lalu Heru Soetopo berkata “iya to, kalau mau tempat,
ditempat saya, tapi satu tahun saja, karena itu masih punya ibu saya” artinya
belum diwariskan. Mungkin Heru Soetopo sudah membicarakan sebelumnya dengan
Ibunya untuk Soenarto PR dapat tinggal disana. Kemudian disiapkan tempat untuk
sanggar lukisnya, dan jadi Ia tinggal di tempat Heru Soetopo tepatnya di
Gendingan, modalnya hanya itu saja untuk sanggar lukisnya sejak awal. Kemudian
Ia memberi nama kepada sanggar lukisnya dengan nama Sanggar Bambu, sesuai dengan namanya Sanggar Bambu di bangun
menggunakan bahan dari bambu yang melambangkan kesederhanaan, tapi artistik. Ia
bangun Sanggar Bambu itu menempel dengan rumah keluarga Heru Soetopo yang saat
itu Soenarto PR juga tinggal di tempat Heru Soetopo.
Pada
tanggal 1 April 1959 Sanggar Bambu dibuka, dengan pendiri Sanggar Bambu
Soenarto PR, Kirdjomuljo, Heru Soetopo, Suwarjoyo, Soeharto PR, Sumaji, Handoko
Soekarno, Janarto, dan Mulyadi W. Saat
itu yang dibicarakan adalah hasil perbincangan Soenarto PR dengan Kirdjomuljo.
Kalau pelukis individu saja kan bisa, individu saja bisa menggambar dan
melukis, namun tidak dengan Soenarto PR dan Sanggar Bambu beliau melukis untuk “individu
sekaligus sebagai bangsa”, bedanya kalau individu yang benar-benar individualis
mereka melukis hanya untuk dirinya sendiri, namun di Sanggar Bambu adalah
individu-individu yang berkelompok, apa bedanya kita yang berkelompok dengan
mereka yang tidak berkelompok. Jadi pemikiran di Sanggar Bambu kearah tujuan
yang sama. Dengan perkembangan itu tadi diibaratkan dengan “Yogyakarta itu Jiwa, Jakarta itu Nafas,
Indonesia adalah Tubuhnya” jadi kewajiban kita adalah untuk Indonesia dalam
rangka mengisi kemerdekaan Indonesia Soenarto PR saat masih di Gendingan, Ia merencanakan
bersama anggotanya di Sanggar Bambu akan mengadakan pameran keliling, selain
pameran keliling Soenarto PR bersama anggotanya dalam pameran kelilingnya juga
memberikan ceramah-ceramah, lomba melukis, serta memberikan ilmu tentang
melukis. Ia mengadakan pameran itu di beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Selain pameran keliling Sanggar Bambu juga merencanakan sebuah
‘pawiyatan’ yang diselenggarakan tepat pada Hari Kebangkitan Nasional pada
tanggal 20 Mei 1959 yang saat itu sistim pendidikannya yang dipilih adalah
Kemerdekaan Individu, juga Tut Wuri Handayani dari Taman Siswa Sebagai dasar.
Setelah Soenarto PR tinggal di Gendingan
selama 2 tahun, padahal hanya disuruh satu tahun saja Soenarto PR merasa tidak
enak dan Ia pindah ngontrak di daerah Semaki Kecil tepatnya di
Purwodiningratan. Disana Ia mendapat order, di Solo Soenarto PR membuat relief
kuda-kuda di sebuah kantor di Solo, dengan membuat relief itu Soenarto PR bisa
hidup.
Pada
tahun 1962 anggota Sanggar Bambu sudah berjumlah 19 anggota. Dengan anggota
yang masih sedikit itu Sanggar Bambu sudah menyelenggarakan pameran poster
merebut Irian Barat, pameran poster itu ditempatkan di tembok yang sekarang SD
Netral di Patihan. Waktu itu juga diusulkan oleh Forum Nasional kalau mau akan
di jadikan sukarelawan yang akan diterjunkan ke Irian, 18 dari 19 anggota
Sanggar Bambu itu mendaftar, jadi bukan hanya melukis posternya saja untuk
merebut Irian Barat, tetapi juga mendapat peran untuk diterjunkan. Namun tidak
sampai, sudah didahului oleh Herlina Pending Emas dari Bung Karno yang diterjunkan
untuk berperan dalam perebutan Irian Barat.
Pada
Tahun 1963 Sanggar Bambu menyelenggarakan pertemuan besar pertama di
purwodiningratan, yang berlangsung pada tanggal 14-16 Desember 1963 yang
anggotanya sudah berkembang. Isnania Cita dari Mojokerto seorang Sastrawan
Jawa, beliau datang dalam pertemuan besar itu, lalu berikrar Sanggar Bambu yang
esensinya disitu adalah Pancasila, yang tanpa meninggalkan tradisi.
Ikrar Sanggarbambu
“Tanpa meninggalkan tradisi lama yang baik dan mungkin, Sanggarbambu meyakini
bahwa Pancasila adalah sumber dan semangat perkembangan kebudayaan buat
mengangkat derajat manusia pada martabatnya, dimana manusia memiliki cinta dan
keindahan. Meyakini suatu perjuangan buat perkembangan kebudayaan tersebut
tidak terpisahkannya hubungan antar manusia dan pengabdiannya” dengan semangat dan ingatan yang tajam
Soenarto PR mengatakan ikrar Sanggar Bambu. Semua yang hadir dalam pertemuan
besar itu tanda tangan dan berebut tanda tangan. Lalu meyakini bahwa itulah
syarat sanggar bambu untuk selanjutnya. Dari ikrar tadi kemudian jadilah Hymne
Sanggar Bambu.
Dengan semangat Soenarto PR yang masih
menggebu-gebu, intonasi yang tepat, serta suara yang tegas Ia menyanyikan Hymne
Sanggar bambu yang dihadiahkan ke Sanggar Bambu oleh Kirdjomuljo dan FX Soetopo
Puisi Rumah Bambu
Lirik
: Kirdjomuljo
Musik : FX Soetopo
Disini
aku temukan kau
Disini
aku temukan daku
Disini
aku temukan hati
Terasa
tiada sendiri
Pandanglah
aku pandanglah aku
Aku
bicara dengan jiwaku
Dan
taruh hati padamu
Disini
aku temukan hati
Terasa
tiada sendiri
Bagi Soenarto PR Hymne Sanggar Bambu
adalah untuk semua kalangan, bukan untuk pribadi. Setelah ada ikrar, Hymne
Sanggar Bambu, selanjutnya mengangkat lagu-lagu kesayangan Sanggar Bambu, lagu
yang menyangkut tentang Tanah Air itu yang menjadi lagu kesayangan Sanggar
Bambu. Soenarto PR sang ketua Sanggar Bambu Ia menjadikan Sanggar Bambu sebagai
tempat pertemuan dan medan persahabatan, karena di Sanggar Bambu siapa saja
bisa belajar tentang seni. Soenarto PR juga mengatakan bahwa “Sanggar Bambu
berusaha membawa masuk senirupa kedalam kehidupan sehari-hari” yang dimaksudkan
adalah pendekatan dari artistik atau seni akan menjadikan keindahan dalam
pergaulan sehari-hari.
Seiring
berjalannya waktu serta perkembangan Sanggar Bambu, yang pada awalnya hanya
bergerak di bidang seni rupa saja yakni melukis, kini juga ada seni yang lain
yang ada di Sanggar Bambu antara lain musik, pantomim, panggung teater. Jadi
Sanggar Bambu sekarang tidak hanya berkarya dalam bidang melukis saja. Salah
satu syair lagu ciptaan A. Untung Basuki – dedengkot Sanggar Bambu, Ia tulis
sekitar tahun 1979 yang saat itu Sanggar Bambu yang menyentak kesadaran para
seniman bahwa Sanggar Bambu telah berusia 20 tahun.
20 Tahun Sanggar Bambu :
Langkahku menuju ke mana ?
Langkahku
menuju kemana
Bumi
tak bersuara
Dunia
ribut sumbang suaranya
Tangis
ibu dan bapak tak berdaya
Oh,
Ibu pertiwiku
Oh,
tanah airku
Ingin
langkahku berarti
Di
bumiku tercinta
Oh,
ibuku yang pertiwi
Gemulai
tanganmu menopang dosa
Dunia
ribut sumbang suaranya
Tangis
ibu dan bapak tak berdaya
Oh,
Ibu pertiwiku
Oh,
tanah airku
Ingin
langkahku berarti
Di
bumiku tercinta
Menurut Soenarto PR apabila
seseorang mempunyai rumah, dan di rumahnya itu ada lukisannya, maka yang punya
rumah itu canggih atau Soenarto PR menyebutnya “Sopikistik”. Apalagi melukis,
dari satu segi Soenarto PR melukis namun hidupnya tetap sederhana, beda dengan
temannya yang di Sanggar Bambu dengan melukis dapat mencapai relatif kekayaan
salah satunya Mulyadi W yang mengadakan pameran tunggal di Sanggar Bambu, dalam
pameran tersebut lukisan beliau laku banyak. Namun waktu itu Mulyadi W bingung
untuk mau dikemanakan uang hasil pameran tunggalnya, karena pada saat itu
beliau masih bujanagan, lalu Mulyadi W mempergunakan uang itu untuk membeli
tanah, beliau diantar oleh Soenarto PR, beliau membeli tanah di ragunan,
jakarta yang waktu itu jalanan disana
masih sepi, hanya ada tukang becak. Sampai sekarang tanah yang beliau beli
sudah jadi rumah yang besar, dan beliau juga mempunyai studio. Beda dengan
Soenarto PR yang hanya hidup sederhana dan tidak mempunyai studio. Sebagian
besar teman Soenarto PR yang dari Sanggar Bambu sudah hidup layak, mereka sudah
mempunyai rumah yang bagus. Soenarto PR memang tidak mempunyai arah untuk hidup
yang mewah, karena memang dari dulu Ia bersama istrinya (almarhumah) hidup
sangat sederhana.
Saat istri Soenarto PR masih
hidup, beliau yang mengurusi kegiatan Soenarto PR juga dengan istrinyalah
Soenarto PR mendirikan sanggar yaitu Sanggar Bunga. Sanggar Bunga adalah
sanggar untuk anak-anak yang kegiatan didalamnya antara lain melukis, tari
jawa, dan tari bali. Istri Soenarto PR mengurusi tari jawa, tujuannya bukan
untuk uang, namun hanya untuk kemajuan saja yakni mempertahankan dan
mengenalkan budaya jawa kepada anak-anak melalui tari jawa. Mudris di Sanggar
Bunga itupun sudah banyak, dari yang melukis hingga yang menari. Seni lukisnya
saat itu dikirimkan ke Tokyo ke Kanagawa Jepang
dan ke India, dan Polandia untuk lomba. Saat perlombaan itu yang menang tidak tangung
tanggung, dari Sanggar Bunga yang dikirimkan untuk mengikuti lomba banyak,
karena muridnya juga banyak sekitar 40-50 anak yang belajar seni di Sanggar
Bunga. Lalu yang menang loba saat itu ada 20 anak dari Sanggar Bunga, dari
kemenangan itu mereka membawa piagam dan medali yang terdiri dari emas, perak,
dan perunggu. Saat penyerahan hadiah dari kemenangan itu, di Jakarta murid dari
Sangar Bunga ini menampilkan tari jawa, bali dan hasil lukisnya untuk
penyerahan hadiah. Di situ ada kebahagiaan tersendiri bagi Soenarto dan sang
istri.
Seperti sanggar bunga yang kegiatannya
tidak hanya terfokus pada melukis saja kegiatan yang dialkukan sanggar bamboo
juga tidak hanya pada melukis banyak kegiatan seni lainya disana seeperti
musik, pantomim, teater patung dan lain-lain. Setiap sanggar bamboo mengadakan
pameran keliling tidak hanya pameran seni lukis saja yang ditampilkan tapi juga
bidang-bidang seni tersebut juga ditampilkan sehingga dalam pameran tersebut
terlihat menraik dan terlihat lebih ramai karena berbagai seni yang dimilikinya.
Pameran keliling merupakan salah satu
ciri pembeda sanggar bamboo dengan sanggar-sanggar lainnya saat itu tidak
menuju kekota besar seperti Jakarta, bandung, Yogyakarta, Surabaya, bali yang
tujuannya untuk mengkomersilkan hasil karya dari sanggar namun justru
mengunjungi berbagai kota-kota kecil seperti balapulang,slawi, tegal,bogor,
pekalongan, malang, madiun, mojokerto, bahakan hingga pulau Madura untuk ke
pamekasan,sampang dan sumenep yang justru belum tau mengenai apa itu seni namun
inilah sanggar bambu yang tidak kenal lelah sesuai dengan tujuannya untuk
mencerdaskan bangsa dan memperkenalkan seni rupa banyak cerita yang sangat
berkesan dari pameran keliling ke 40 kota diIndonesia.
Walaupun judulnya pameran keliling namun
pemeran keliling sanggar bamboo ini tidak seperti yang dibayangkan seperti
memajang lukisan pengunjung datang lalu membeli, tidak, bukan seperti itu
walaupun sanggar bamboo juga memajang karya-karyanya namun sanggar bamboo juga
mengajarkan mengedukasi masyarakat untuk mengetahui lebih lanjut tentang seni
tidak hanya pameran lukisan saja yang dipamerkan namun juga ada seni
pertunjukan teater, tari tradisonal, pantomime sehingga masyarakat merasa
tertarik dan datang kepameran sanggar bamboo tersebut. Namun selain
pertunjukan-pertunjukan yang dihadirkan sangggar bamboo untuk menarik
masyarakat sanggar bamboo juga mengadakan demonstrasi lukis ditempat jadi
ditengah-tengah pameran tersebut ada pergaan bagaimana cara melukis sehingga
nantinya hasilnya akan baik oleh anggota sanggar bamboo hal tersebut dilakukan
agar masyarakat tau bagaimana cara melukis dan menarik minat masyarkat dibidang
seni lukis.
Bukanlah orang Indonesia kalau tidak
memanfaatkan keadaan, sedikit ada peluang akan ditembak untuk menjadi sebuah
keuntungan. Itulah yang terjadi pada sanaggar bamboo walaupun mempunyai niat
yang sangat mulia untuk mengabdi pada egara dengan ikut mencerdaskan bangsa
dengan membuka wawaasan masyarakat tentang dunia lukis sering kali kebaikan ini
dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggungjwab untuk mengambil keuntungan
seperti suatu ketika sanggar bamboo mengadakan satu pameran ketika akan pindah
dari kota itu kekota lain saat itu seluruh barang lukisan sanggar bamboo sudak
dipack dan siap dipindah dan salah satu lukisan sanggar bamboo yang sangat
besar raib dicuri orang yang tidak bertanggungjwab
Selain menghadapi orang-orang yang tidak
bertanggungjawab terkadang sanggar bamboo juga menghadapi musibah atau
kecelakaan pernah ketika sanggar bamboo pameran dan akan pindah ke satu
kota ke kota lain ditengah perjalanan
terkena banjir saat itu lukisan dan keperluan pameran lainnya dimasukan kedalam
truck namun ditengah jalan dihadang bajir yang cukup dalam sehingga truck
tersebut tidak mampu melewati banjir tersebut hanayalah grobak yang ditarik
sapi yang bisa melewati banjir itu terpaksa saat itu pula narto berssama anak
buahnya memindah seluruh bawaan yang ada ditruck untuk dipindah kegrobak sapi.
Nato pun ikut naik gerobak bersama anak buahnya untuk menembus banjir itu namun
walaupun sudah dipndah ke gerobak sapi yang cukup tinggi dengan harapan tidak
rusak terkena air namun alam tetap mengalahkannya beberapa lukisan narto
terkena air dan rusak akibatnya walaupun begitu tidak ada kayta menyerah dalam
sanggar bamboo untuk mencerdaskan bangsa pameran tetap dilanjutkan walaupun
akibat kejadian itu narto mengalami cukup kerugian karena lukisan yang
sebelumnya mempunyai niai rusak dan tidak berarti
Suatu
ketika sanggar bamboo mengadakan pameran dikota malang jawa timur setelah
sukses dikota malang sanggar bamboo hendak berpindah menggelear pameran
disurabaya semua sudah dikemasi dengan rapid an berangkat kesurabaya, saat itu
narto membawa 8 orang kru untuk membantunya dalam menyukseskan pameran
disurabaya. Perjalanan malang-surabaya yang saat itu ditempuh kurang lebih
selama 3 jam telah dilalui narrto dan anak buhnya hingga mereka tiba disurabaya
namun betapa terkejutnya sunarto melihat kondisi disurabaya saat itu kondisi disurabaya
masih belum siap. Namun bukan sunarto pr kalau tidak bertemu orang-orang yang
baik ditengah rasa bingung karena belum siapnya panitia yang ada disurabaya
salah satu anak buah narto mempunyai kerabat saudara yang berada di mojokerto
yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan Surabaya langsung saja anak buah narto
menghubnginya untuk meminta tolong tanpa rasa kebertan Tono nama dari kerabat
anak buah narto itupun menjemput mereka kesurabaya mereka dijemput lalu dibawa
kembali kemojokerto untuk beristirahat namun tono hanya menjanjikan menyediakan
satu kali makan malam dan satu kali makan pagi.
Dimojjokerto narto kembali menemukan lagi
orang-orang baik yang selalu menolongnya yaitu dalah mawardi seorang wartawan
dan tokoh masyarakat setempat yang sangat peduli dengan seni. Bersama mawardi
narto bberkeliling kota mereka berusaha orang-orang yang mau untuk menjadi
panitia dalam acara tersebut namun karena terkendala karena waktu yang sangat
mendadak mawardi dan narto harus gigit jari karena tidak ada yang maununtuk
menjadi panitia namun bukan narto kalau tidak bertemu dengan orang baik mawardi
yang sangat peduli ddengan karya seni mau untuk mendanai pameran skeliling
tersebut sendirian narto sangat senang dan keesokan harinya mereka berangkat ke
Surabaya untuk mengadakan pameran mereka diantar oleh mawardi. Ditengah
perjalanan mereka bercanda seperti biasa namun ditengah-tengah percakapan
tersebut mawardi meminta narto apabila dalam menyelenggarakan pameran menemui
kesusahan meminta mereka untuk kembali ke mojokerto “jangan segan-segan”
kalimat itulah yang membuat narto menjadi tenang betapa didunia ini banyak
sekali orang baik yang selalu menolongnya,
Selain disurabaya pameran keliling yang
menjadi khas dari sanggar bamboo ini juga mengunjungi sebuah kota kecil
disebelah timur semarang yaitu adalah pekalongan dipekalongan ini narto bertemu
dengan orang-orang yang luar biasa lagi salah yaitu seorang petani yang snagat
menggemari seni lukis, petani tersebut sangat antusias menyambut pameran
keliling sanggar bamboo tersebut petani tersebut bukanlah petani biasa yang
meggarap lading namun adalah petani pemilik lahan tak heran untuk menyalurkan
hobbynya melukis dia sampai belajar ke prancis belanda dan Negara eropa lainya
mengetahui misi sanggar bamboo dalam mengadakan pameran keliling ini dia
menyebut bahwa misi sanggar bamboo sebagai missiong
sekre yang dalam bahasa Indonesia adalah misi suci yang artinya bahwa
tujuan sanggar bamboo yang mencerdaskan bangsa ini seperti misi yang sangat
suci
Selain bertemu dengan seorang petani yang
sangat luar biasa pameran keliling dikota pekalongan ini juga mempunyai cerita
lucu ketika itu ada seorang pembeli yang menanyakan harga sebuah lukisan karya
sanggar bamboo karena tidak ada termpampang harganya dilukisan itu saat
menanyakan harga kepada narto dan hanya menjawab berani berapa saat itu si
pembeli merasa takut kalau-kalau harga lukisan tersebut kelewat mahal padahal
disisi lain narto siap melepas lukisan tersebut diharga berapapun namun
akhirnya si pembeli ragu dan tidak jadi membeli lukisan itu
Sanggar
bamboo selalu menghasilkan karya yang sangat luar biasa dan sangat bernilai
banyak pelukis kenamaan lahir dari snaggar bamboo seperti GM sidarta mien brojo dan wardoyo
mereka mempunyai kemampuan yang sangat luar biasa untuk menghasilkan karya yang
luar biasa pula bahkan wadoyo salah satu murid sunarto mendapat julukan seorang
raja pastel karena kualitas lukisannya dalam menggunakan media pastel
Sanggar bamboo adalah sanggar yang
terus menerus berkembang adalah tempat pertemuan dan medan persahabatan itu
adalah sloganya yang digunakan untuk memacu para anggotanya untuk menjadi lebih
baik lagi. Dalam memberikan apresisasi terhadap karya seni sanggar bamboo
mengadakan pawiyatan setiap beberapa waktu sekali pawiyatan ini sangat meriah
dan membua para wartawan tertarik untuk menulisnya salah satunya adalah popo
iskandar beliau menulis apa yang telah sanggar bamboo ini perlu mendapatkan
apresiasi dari pemerintah karena sanggar bamboo ikut dalam mencerdaskan bangsa
terutama dibidang seni dengan membuka mata masyarakat tentang apa itu seni
namun hal itu tidak pernah didapatkan sanggar bamboo.
Saat pembukaan sanggar bamboo tahun
1959 digendingan sleman Yogyakarta, sanggar bamboo menunjukan bahwa sanggar
bamboo adalah sebuah sanggar yang professional dalam mengembangkan kegiatannya
dan bukanlah sanggar yang dibawah suatu kekuatan politik tertentu artinya
sanggar yang bebas dari politik, jadi saat kisruh PKI terjadi diindonesia
sanggar bamboo dengan tenang tetap berkembang tidak seperti kelompok-kelompok
lain yang ditumpas oleh PKI
Indonesia
merupakan Negara penuh sejarah dalam membentuk sebuah Negara kesatuan yang
besar ada sebuah momen yang sangat berarti bagi Indonesia yaitu saat perebutan
irian barat saat itu irian memang belum dikuasai dan belum menjadi bagian dari
Negara Indonesia maka dari itu diadakan sebuah oprasi yang bertujuan untuk
membebaskan irian barat yang saat itu dikuasai belanda dalam momen itu tentu
tidak hanya militer saja yang berpengaruh tentu dibalik penyerbuan itu ada
peran seniman-seniman dibaliknya termasuk sanggar bamboo. Saat bung karno mulai
untuk memperintahkan merebut irian barat sanggar bamboo langsung mulai merespon
dengan membuat poster-poster yang bertujuan untuk mempompa semangat, mengajak,
menyadarkan masyarakat akan momen itu.
Dalam momen itu
secara tidak langsung juga menunjukan suatu hal yang membedakan dengan
sanggar-sanggar lainnya yaitu sanggar bamboo mencari apa yang bisa dikerjakan
dan belum dikerjakan seni rupa karena poster adalah bagian dari seni rupa bukan
seni lukis namun sanggar bamboo membuatnya dan memulainya. Dari banyak poster
yang dibuat sanggar bamboo ada sebuah poster yang sangat berkesan poster ini
adalah poster raksasa yang sangat besar memuat gambar tangan dan pistol dan
juga ada tulisan yang sangat membakar semangat para pejuang saat itu “kami
cinta damai, tapi kami lebih cinta kemerdekaan” menjelaskan saat itu kondisi
Indonesia sudah mulai damai tapi disisi lain kehadiran belanda di irian saat
itu dianggap sebagai pengganggu kemerdekaan Indonesia. Poster-poster yang
dibuat sanggar bamboo tersebut adalah biaya sendiri dari sanggar bamboo dalam
rangka pengisi kemerdekaan dan penerus kemerdekaan dan hal tersebut seluruh
poster itu dibuat secara mandiri oleh sanggar bamboo baik pembuatan dan
pemasangan juga besama suyono palal saat itu sunarto pr berkeliling jogja untuk
menentukan dimana poster-poster tersebut dipasang
Kemandirian sanggar
bamboo dalam membuat poster-poster ternyata menimbulkan respon gerakan pro nasional
bergerak ke seniman-seniaman yang ada diyogyakarta untuk membuat poster-poster
bertemakan perebutan irian barat dan dalam pembuatan poster-poster tersebut
juga didanai oleh pemerintah
Dalam membuat poster
tersebut sunarto pr diilhami oleh karya salah satu maestro lukis indoneisa
yaitu afandi yang saat jaman perang kemerdekaan tahun 1945 membuat poster yang
sangat fenomenal bertuliskan bung ayo bung untuk mempompa semangat pejuang saat
itu.
Selain poster-poster dalam rangka
merebut irian barat sanggar bamboo juga mempunyai karya poster yang sangat luar
biasa yaitu saat restorasi Borobudur poster tersebut di beri nama yaitu SOS
Borobudur, SOS merupakan sinyal jika ada bahaya dan poster ini digunakan
sebagai media kampanye restorasi Borobudur disolo pada tahun 1971
Sanggar bamboo adalah sanggar yang
besar, perjalanan yang dilalui sanggar bamboo sangat berilku namun daintar
sulitnya halangan yang dilewati sanggar bamboo tetap berdiri sebangai sanggar
yang berkualitas dan berorientassi pada mecedaskan kehidupan bangsa lewat
karya-karyanya mungkin ini karena sebuah kalimat yang telah tercipka ketika
sanggar bamboo didirikan yaitu adalah “tempat pertemuan dan medan persahabatn”
sebuah kalimat yangsangat sederhana namaun mempunyai arti yang sangat luar
biasa dan sangat layak untuk kita teladani
Bermula dari
pendirian sanggar bamboo pada tahun 1959 di gendingan sleman Yogyakarta. Tampat
petemuan dan medan persahabatan ini dapat dijelaskan bahwa sanggar bamboo
adalah tempat berkumpulnya individu, yang dihasratkan memicu kreativitas dari
masing-masing anggota sanggar tersebut. Kalimat kecil tersebut juga seolah
menjadi mantra bagi seluruh anggota sanggar untuk suatu pengikat dan inspirasi.
Tempat pertemuan dapat diartikan adalah
sanggar bamboo yang menjadi tempatnya bertemu setiap-setiap individu dimana
mereka membentu suatu ikatan keluarga disana sedangakan medan persahabatan
dapat diartikan bahwa disanggar bamboo mereka kenal tentu disana terjadi
interaksi-interaksi antar anggota sanggar yang lama-lama menjadi teman dan
hingga ikatan pershabatan.
Tentu
filosofi atas sebuah mantra sanggar bamboo tersebut sangat bagus dan sangat
pantas untuk kita teladani dimana sekarang ini nilai-nilai pershabatan
dikalangan masyarakat khususnya sangat kurang,
Sejak
pertama didirikan sanggar bamboo menyatakan bukanlah suatu organisasi yang
bebas dari dunia politik ini juga yang membuat sanggar bamboo merdeka dalam
berkarya tidak ada intimidasi dari suatu rezim tertentu. Tidak seperti
organisasi lain yang seperti punya musuh atau pesaing sanggar bamboo merasa itu
adalah hal yang sangat bodoh karena sanggar bamboo tidak butuh musuh atau
pesaing karena bagi sanggar bamboo musuh mereka adalah pihak-pihak yang merusak
Indonesia seperti oknum yang menebangi hutan, pembakaran hutan, koruptor dll
Selain
bukan dibawah suatu organisasi politik sanggar bamboo juga tidak berorientasi
pada materi adalah pendidikan dengan mencerdaskan bangsa dengan seni itulah
sanggar bamboo benar-benar sangat mengabdi pada oindonesia tanpa mengharap suatu
timbal balik dari pemerintah. Hal itu sangat luar biasa tidak banyak
orang-orang didunia khususnya diindonesia mempunyai gagasan yang sebagus itu
hingga seorang affandi seorang maestro lukis diindonesia menjuluki sanggar
bamboo sebagai sanggar yang sangat Indonesia
Suatu
organisasi tentu memiliki symbol atau lambang, lambang tersebut adalah cerminan
satu organisasi bagaimana tentang tujuan makna organisasi tersebut begitupun
sanggar bamboo. Sanggar bamboo mempunyai lambang atau sering kita sebut sebagai
logo yaitu adalah lima ekor kuda didalam sebuah
lingkaran tentu ini mempunyai banyak makna dibalik lambang tersebut
Pemilihan
binatang kuda untuk menggambarkan sanggar bamboo memang sangat pas kuda adalah
binatang yang indah, gagah, dan kuat. Sifat kuda yang tidak kenal lelah dalam
bekerja juga tercermin dalam sanggar bamboo. Selain itu kuda adalah hewan yang
tidak bisa diam siang malam kuda selalu bergerak siang malam dan hal ini
diharapkan menjadi semangat para anggota sanggar untuk terus menerus bekerja
dan mencerdaskan bangsa lewat karya seni. Dalam logo atau lambang sanggar
bamboo terdapat lima ekor kuda ini menggambarkan pancasila dimana sanggar
bamboo sangat menjunjung tinggi pancasila sebagai ideology bangsa Indonesia dan
sanggar bamboo bernaung dibwahnya
Selain
kuda sebagai salah satu unsur lambang atau logo sanggar bamboo ada juga sebuah
lingkaran besar yang melingkari lima ekor kuda tersebut. Lingkaran itu adalah
matahari, matahari adalah sumber energy paling utama bagi semua makhluk hidup.
Matahari adalah sumber kehidupan tanpanya kita tidak akan bisa hidup dan akan
merusk semuanya termasuk sanggar bamboo.
Maaf boleh tau sejarah tentang komunitas bambu ini sumbernya darimana?
BalasHapusuntuk sumbernya saya dengan temen2 observasi sendiri ke beliau bapak sunarto pr
HapusHai Zaki,
BalasHapusSaya juga ingin tahu sumber tentang komunitas bambu ini dari mana. Terima kasih
lewat wawancara langsung ke narasumber bapak sunarto pr
HapusBisa diketahui tarikh wawancara tersebut dilakukan saudara Zaki? Juga, jika bahan tersebut dimasukkan ke media lain untuk dibuat referensi? Terima kasih. sharifah_izah@yahoo.com
Hapus