Minggu, 10 Agustus 2014

Sunarto PR tentang sanggar bambu (bagian dari tugas)



       Sebelum tahun 1959 Soenarto PR sudah kenal baik dengan penyair kondang Kirdjomuljo juga sebelum tahun 1959 itulah Soenarto PR berhubungan dengan kalangan seniman sudah sangat luas. Saat itu Kirdjomuljo salah satu teman dekat Soenarto PR mempunyai kelompok teater yang paling ternama di Indonesia. Soenarto PR pernah mendampingi teater yang dibawa oleh Kirdjomuljo tersebut yang waktu itu teater harus mempunyai tenaga untuk dekorator, yang tugasnya mendekorasi panggung. Abdullah Sidiq juga salah satu teman dekat Soenarto PR meminta Soenarto PR untuk menggantikan pekerjaan Abdullah untuk mendekorasi panggung untuk pementasan, waktu itu pementasan yang diangkat adalah Puisi Rumah Bambu penyairnya Kirdjomuljo, musiknya FX Soetopo. Saat pertunjukan Puisi Rumah Bambu Soenarto PR mendekorasi panggung sengaja menggunakan bahan dari bambu yang dibuat melintang, jadi antara penonton dan panggung itu ada bambu-bambu melintang, orang yang menonton masih bisa menembus melihat yang ada dipanggung. Bambu yang dibuat melintang itu tadi dibuat ada rongga, jadi penonton masih bisa melihat pemain yang ada di belakang panggung seperti yang main piano. Disitu juga ada tempat kosong yang digunakan untuk akting. Soenarto PR sangat senang sekali dengan hasil karyanya yang mendekorasi panggung pertunjukan itu. Soenarto PR juga mengagumi permainan musik FX Soetopo, karena memang FX Soetopo sekolah di AMI (Akademi Musik Indonesia) yang saat itu satu panggung dengan Soenarto PR, FX Soetopo mengatakan “kenyang satu tahun” yang dimaksudkan adalah beliau-beliau ini akan merasa puas selama satu tahun dari hasil karya beliau yang dibuat untuk pementasan ini. Soenarto PR setelah beberapa bulan pertunjukan Ia masih merasa senang sekali dengan hasil karya mendekorasi panggung tadi. Dari hasil karya Soenarto PR mendekorasi panggung tidak ada yang protes, semua menikmati dan senang dengan hasil karyanya.
       Soenarto PR cukup dikenal dengan lukisan-lukisannya, tetapi Ia masih hidup sebagai gelandangan, dengan hidup seenaknya yang Ia mau atau dia sering menyebutnya hidup bohemin . Suatu hari bertiga Soenarto PR, Kirdjomuljo, dan Heru Soetopo orang teater sedang berbincang-bincang “to, kamu jadi pelukis kok nggak punya sanggar” Soenarto PR diledek oleh Kirdjomuljo, lalu Heru Soetopo berkata “iya to, kalau mau tempat, ditempat saya, tapi satu tahun saja, karena itu masih punya ibu saya” artinya belum diwariskan. Mungkin Heru Soetopo sudah membicarakan sebelumnya dengan Ibunya untuk Soenarto PR dapat tinggal disana. Kemudian disiapkan tempat untuk sanggar lukisnya, dan jadi Ia tinggal di tempat Heru Soetopo tepatnya di Gendingan, modalnya hanya itu saja untuk sanggar lukisnya sejak awal. Kemudian Ia memberi nama kepada sanggar lukisnya dengan nama Sanggar Bambu, sesuai dengan namanya Sanggar Bambu di bangun menggunakan bahan dari bambu yang melambangkan kesederhanaan, tapi artistik. Ia bangun Sanggar Bambu itu menempel dengan rumah keluarga Heru Soetopo yang saat itu Soenarto PR juga tinggal di tempat Heru Soetopo.
       Pada tanggal 1 April 1959 Sanggar Bambu dibuka, dengan pendiri Sanggar Bambu Soenarto PR, Kirdjomuljo, Heru Soetopo, Suwarjoyo, Soeharto PR, Sumaji, Handoko Soekarno, Janarto, dan Mulyadi W.  Saat itu yang dibicarakan adalah hasil perbincangan Soenarto PR dengan Kirdjomuljo. Kalau pelukis individu saja kan bisa, individu saja bisa menggambar dan melukis, namun tidak dengan Soenarto PR dan Sanggar Bambu beliau melukis untuk “individu sekaligus sebagai bangsa”, bedanya kalau individu yang benar-benar individualis mereka melukis hanya untuk dirinya sendiri, namun di Sanggar Bambu adalah individu-individu yang berkelompok, apa bedanya kita yang berkelompok dengan mereka yang tidak berkelompok. Jadi pemikiran di Sanggar Bambu kearah tujuan yang sama. Dengan perkembangan itu tadi diibaratkan dengan “Yogyakarta itu Jiwa, Jakarta itu Nafas, Indonesia adalah Tubuhnya” jadi kewajiban kita adalah untuk Indonesia dalam rangka  mengisi kemerdekaan Indonesia Soenarto PR saat masih di Gendingan, Ia merencanakan bersama anggotanya di Sanggar Bambu akan mengadakan pameran keliling, selain pameran keliling Soenarto PR bersama anggotanya dalam pameran kelilingnya juga memberikan ceramah-ceramah, lomba melukis, serta memberikan ilmu tentang melukis. Ia mengadakan pameran itu di beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain pameran keliling Sanggar Bambu juga merencanakan sebuah ‘pawiyatan’ yang diselenggarakan tepat pada Hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei 1959 yang saat itu sistim pendidikannya yang dipilih adalah Kemerdekaan Individu, juga Tut Wuri Handayani dari Taman Siswa Sebagai dasar.
Setelah Soenarto PR tinggal di Gendingan selama 2 tahun, padahal hanya disuruh satu tahun saja Soenarto PR merasa tidak enak dan Ia pindah ngontrak di daerah Semaki Kecil tepatnya di Purwodiningratan. Disana Ia mendapat order, di Solo Soenarto PR membuat relief kuda-kuda di sebuah kantor di Solo, dengan membuat relief itu Soenarto PR bisa hidup.
       Pada tahun 1962 anggota Sanggar Bambu sudah berjumlah 19 anggota. Dengan anggota yang masih sedikit itu Sanggar Bambu sudah menyelenggarakan pameran poster merebut Irian Barat, pameran poster itu ditempatkan di tembok yang sekarang SD Netral di Patihan. Waktu itu juga diusulkan oleh Forum Nasional kalau mau akan di jadikan sukarelawan yang akan diterjunkan ke Irian, 18 dari 19 anggota Sanggar Bambu itu mendaftar, jadi bukan hanya melukis posternya saja untuk merebut Irian Barat, tetapi juga mendapat peran untuk diterjunkan. Namun tidak sampai, sudah didahului oleh Herlina Pending Emas dari Bung Karno yang diterjunkan untuk berperan dalam perebutan Irian Barat.
       Pada Tahun 1963 Sanggar Bambu menyelenggarakan pertemuan besar pertama di purwodiningratan, yang berlangsung pada tanggal 14-16 Desember 1963 yang anggotanya sudah berkembang. Isnania Cita dari Mojokerto seorang Sastrawan Jawa, beliau datang dalam pertemuan besar itu, lalu berikrar Sanggar Bambu yang esensinya disitu adalah Pancasila, yang tanpa meninggalkan tradisi.
Ikrar Sanggarbambu “Tanpa meninggalkan tradisi lama yang baik dan mungkin, Sanggarbambu meyakini bahwa Pancasila adalah sumber dan semangat perkembangan kebudayaan buat mengangkat derajat manusia pada martabatnya, dimana manusia memiliki cinta dan keindahan. Meyakini suatu perjuangan buat perkembangan kebudayaan tersebut tidak terpisahkannya hubungan antar manusia dan pengabdiannya” dengan semangat dan ingatan yang tajam Soenarto PR mengatakan ikrar Sanggar Bambu. Semua yang hadir dalam pertemuan besar itu tanda tangan dan berebut tanda tangan. Lalu meyakini bahwa itulah syarat sanggar bambu untuk selanjutnya. Dari ikrar tadi kemudian jadilah Hymne Sanggar Bambu.
Dengan semangat Soenarto PR yang masih menggebu-gebu, intonasi yang tepat, serta suara yang tegas Ia menyanyikan Hymne Sanggar bambu yang dihadiahkan ke Sanggar Bambu oleh Kirdjomuljo dan FX Soetopo

Puisi Rumah Bambu
                        Lirik     : Kirdjomuljo
                        Musik   : FX Soetopo

Disini aku temukan kau
Disini aku temukan daku
Disini aku temukan hati
Terasa tiada sendiri
Pandanglah aku pandanglah aku
Aku bicara dengan jiwaku
Dan taruh hati padamu
Disini aku temukan hati
Terasa tiada sendiri

Bagi Soenarto PR Hymne Sanggar Bambu adalah untuk semua kalangan, bukan untuk pribadi. Setelah ada ikrar, Hymne Sanggar Bambu, selanjutnya mengangkat lagu-lagu kesayangan Sanggar Bambu, lagu yang menyangkut tentang Tanah Air itu yang menjadi lagu kesayangan Sanggar Bambu. Soenarto PR sang ketua Sanggar Bambu Ia menjadikan Sanggar Bambu sebagai tempat pertemuan dan medan persahabatan, karena di Sanggar Bambu siapa saja bisa belajar tentang seni. Soenarto PR juga mengatakan bahwa “Sanggar Bambu berusaha membawa masuk senirupa kedalam kehidupan sehari-hari” yang dimaksudkan adalah pendekatan dari artistik atau seni akan menjadikan keindahan dalam pergaulan sehari-hari.
       Seiring berjalannya waktu serta perkembangan Sanggar Bambu, yang pada awalnya hanya bergerak di bidang seni rupa saja yakni melukis, kini juga ada seni yang lain yang ada di Sanggar Bambu antara lain musik, pantomim, panggung teater. Jadi Sanggar Bambu sekarang tidak hanya berkarya dalam bidang melukis saja. Salah satu syair lagu ciptaan A. Untung Basuki – dedengkot Sanggar Bambu, Ia tulis sekitar tahun 1979 yang saat itu Sanggar Bambu yang menyentak kesadaran para seniman bahwa Sanggar Bambu telah berusia 20 tahun.
20 Tahun Sanggar Bambu :
Langkahku menuju ke mana ?

Langkahku menuju kemana
Bumi tak bersuara
Dunia ribut sumbang suaranya
Tangis ibu dan bapak tak berdaya
Oh, Ibu pertiwiku
Oh, tanah airku
Ingin langkahku berarti
Di bumiku tercinta
Oh, ibuku yang pertiwi
Gemulai tanganmu menopang dosa
Dunia ribut sumbang suaranya
Tangis ibu dan bapak tak berdaya
Oh, Ibu pertiwiku
Oh, tanah airku
Ingin langkahku berarti
Di bumiku tercinta
Menurut Soenarto PR apabila seseorang mempunyai rumah, dan di rumahnya itu ada lukisannya, maka yang punya rumah itu canggih atau Soenarto PR menyebutnya “Sopikistik”. Apalagi melukis, dari satu segi Soenarto PR melukis namun hidupnya tetap sederhana, beda dengan temannya yang di Sanggar Bambu dengan melukis dapat mencapai relatif kekayaan salah satunya Mulyadi W yang mengadakan pameran tunggal di Sanggar Bambu, dalam pameran tersebut lukisan beliau laku banyak. Namun waktu itu Mulyadi W bingung untuk mau dikemanakan uang hasil pameran tunggalnya, karena pada saat itu beliau masih bujanagan, lalu Mulyadi W mempergunakan uang itu untuk membeli tanah, beliau diantar oleh Soenarto PR, beliau membeli tanah di ragunan, jakarta  yang waktu itu jalanan disana masih sepi, hanya ada tukang becak. Sampai sekarang tanah yang beliau beli sudah jadi rumah yang besar, dan beliau juga mempunyai studio. Beda dengan Soenarto PR yang hanya hidup sederhana dan tidak mempunyai studio. Sebagian besar teman Soenarto PR yang dari Sanggar Bambu sudah hidup layak, mereka sudah mempunyai rumah yang bagus. Soenarto PR memang tidak mempunyai arah untuk hidup yang mewah, karena memang dari dulu Ia bersama istrinya (almarhumah) hidup sangat sederhana.
Saat istri Soenarto PR masih hidup, beliau yang mengurusi kegiatan Soenarto PR juga dengan istrinyalah Soenarto PR mendirikan sanggar yaitu Sanggar Bunga. Sanggar Bunga adalah sanggar untuk anak-anak yang kegiatan didalamnya antara lain melukis, tari jawa, dan tari bali. Istri Soenarto PR mengurusi tari jawa, tujuannya bukan untuk uang, namun hanya untuk kemajuan saja yakni mempertahankan dan mengenalkan budaya jawa kepada anak-anak melalui tari jawa. Mudris di Sanggar Bunga itupun sudah banyak, dari yang melukis hingga yang menari. Seni lukisnya saat itu dikirimkan ke Tokyo ke Kanagawa Jepang dan ke India, dan Polandia untuk lomba. Saat perlombaan itu yang menang tidak tangung tanggung, dari Sanggar Bunga yang dikirimkan untuk mengikuti lomba banyak, karena muridnya juga banyak sekitar 40-50 anak yang belajar seni di Sanggar Bunga. Lalu yang menang loba saat itu ada 20 anak dari Sanggar Bunga, dari kemenangan itu mereka membawa piagam dan medali yang terdiri dari emas, perak, dan perunggu. Saat penyerahan hadiah dari kemenangan itu, di Jakarta murid dari Sangar Bunga ini menampilkan tari jawa, bali dan hasil lukisnya untuk penyerahan hadiah. Di situ ada kebahagiaan tersendiri bagi Soenarto dan sang istri.
       Seperti sanggar bunga yang kegiatannya tidak hanya terfokus pada melukis saja kegiatan yang dialkukan sanggar bamboo juga tidak hanya pada melukis banyak kegiatan seni lainya disana seeperti musik, pantomim, teater patung dan lain-lain. Setiap sanggar bamboo mengadakan pameran keliling tidak hanya pameran seni lukis saja yang ditampilkan tapi juga bidang-bidang seni tersebut juga ditampilkan sehingga dalam pameran tersebut terlihat menraik dan terlihat lebih ramai karena berbagai seni yang dimilikinya.
       Pameran keliling merupakan salah satu ciri pembeda sanggar bamboo dengan sanggar-sanggar lainnya saat itu tidak menuju kekota besar seperti Jakarta, bandung, Yogyakarta, Surabaya, bali yang tujuannya untuk mengkomersilkan hasil karya dari sanggar namun justru mengunjungi berbagai kota-kota kecil seperti balapulang,slawi, tegal,bogor, pekalongan, malang, madiun, mojokerto, bahakan hingga pulau Madura untuk ke pamekasan,sampang dan sumenep yang justru belum tau mengenai apa itu seni namun inilah sanggar bambu yang tidak kenal lelah sesuai dengan tujuannya untuk mencerdaskan bangsa dan memperkenalkan seni rupa banyak cerita yang sangat berkesan dari pameran keliling ke 40 kota diIndonesia.
       Walaupun judulnya pameran keliling namun pemeran keliling sanggar bamboo ini tidak seperti yang dibayangkan seperti memajang lukisan pengunjung datang lalu membeli, tidak, bukan seperti itu walaupun sanggar bamboo juga memajang karya-karyanya namun sanggar bamboo juga mengajarkan mengedukasi masyarakat untuk mengetahui lebih lanjut tentang seni tidak hanya pameran lukisan saja yang dipamerkan namun juga ada seni pertunjukan teater, tari tradisonal, pantomime sehingga masyarakat merasa tertarik dan datang kepameran sanggar bamboo tersebut. Namun selain pertunjukan-pertunjukan yang dihadirkan sangggar bamboo untuk menarik masyarakat sanggar bamboo juga mengadakan demonstrasi lukis ditempat jadi ditengah-tengah pameran tersebut ada pergaan bagaimana cara melukis sehingga nantinya hasilnya akan baik oleh anggota sanggar bamboo hal tersebut dilakukan agar masyarakat tau bagaimana cara melukis dan menarik minat masyarkat dibidang seni lukis.
       Bukanlah orang Indonesia kalau tidak memanfaatkan keadaan, sedikit ada peluang akan ditembak untuk menjadi sebuah keuntungan. Itulah yang terjadi pada sanaggar bamboo walaupun mempunyai niat yang sangat mulia untuk mengabdi pada egara dengan ikut mencerdaskan bangsa dengan membuka wawaasan masyarakat tentang dunia lukis sering kali kebaikan ini dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggungjwab untuk mengambil keuntungan seperti suatu ketika sanggar bamboo mengadakan satu pameran ketika akan pindah dari kota itu kekota lain saat itu seluruh barang lukisan sanggar bamboo sudak dipack dan siap dipindah dan salah satu lukisan sanggar bamboo yang sangat besar raib dicuri orang yang tidak bertanggungjwab
       Selain menghadapi orang-orang yang tidak bertanggungjawab terkadang sanggar bamboo juga menghadapi musibah atau kecelakaan pernah ketika sanggar bamboo pameran dan akan pindah ke satu kota  ke kota lain ditengah perjalanan terkena banjir saat itu lukisan dan keperluan pameran lainnya dimasukan kedalam truck namun ditengah jalan dihadang bajir yang cukup dalam sehingga truck tersebut tidak mampu melewati banjir tersebut hanayalah grobak yang ditarik sapi yang bisa melewati banjir itu terpaksa saat itu pula narto berssama anak buahnya memindah seluruh bawaan yang ada ditruck untuk dipindah kegrobak sapi. Nato pun ikut naik gerobak bersama anak buahnya untuk menembus banjir itu namun walaupun sudah dipndah ke gerobak sapi yang cukup tinggi dengan harapan tidak rusak terkena air namun alam tetap mengalahkannya beberapa lukisan narto terkena air dan rusak akibatnya walaupun begitu tidak ada kayta menyerah dalam sanggar bamboo untuk mencerdaskan bangsa pameran tetap dilanjutkan walaupun akibat kejadian itu narto mengalami cukup kerugian karena lukisan yang sebelumnya mempunyai niai rusak dan tidak berarti       
        Suatu ketika sanggar bamboo mengadakan pameran dikota malang jawa timur setelah sukses dikota malang sanggar bamboo hendak berpindah menggelear pameran disurabaya semua sudah dikemasi dengan rapid an berangkat kesurabaya, saat itu narto membawa 8 orang kru untuk membantunya dalam menyukseskan pameran disurabaya. Perjalanan malang-surabaya yang saat itu ditempuh kurang lebih selama 3 jam telah dilalui narrto dan anak buhnya hingga mereka tiba disurabaya namun betapa terkejutnya sunarto melihat kondisi disurabaya saat itu kondisi disurabaya masih belum siap. Namun bukan sunarto pr kalau tidak bertemu orang-orang yang baik ditengah rasa bingung karena belum siapnya panitia yang ada disurabaya salah satu anak buah narto mempunyai kerabat saudara yang berada di mojokerto yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan Surabaya langsung saja anak buah narto menghubnginya untuk meminta tolong tanpa rasa kebertan Tono nama dari kerabat anak buah narto itupun menjemput mereka kesurabaya mereka dijemput lalu dibawa kembali kemojokerto untuk beristirahat namun tono hanya menjanjikan menyediakan satu kali makan malam dan satu kali makan pagi.
       Dimojjokerto narto kembali menemukan lagi orang-orang baik yang selalu menolongnya yaitu dalah mawardi seorang wartawan dan tokoh masyarakat setempat yang sangat peduli dengan seni. Bersama mawardi narto bberkeliling kota mereka berusaha orang-orang yang mau untuk menjadi panitia dalam acara tersebut namun karena terkendala karena waktu yang sangat mendadak mawardi dan narto harus gigit jari karena tidak ada yang maununtuk menjadi panitia namun bukan narto kalau tidak bertemu dengan orang baik mawardi yang sangat peduli ddengan karya seni mau untuk mendanai pameran skeliling tersebut sendirian narto sangat senang dan keesokan harinya mereka berangkat ke Surabaya untuk mengadakan pameran mereka diantar oleh mawardi. Ditengah perjalanan mereka bercanda seperti biasa namun ditengah-tengah percakapan tersebut mawardi meminta narto apabila dalam menyelenggarakan pameran menemui kesusahan meminta mereka untuk kembali ke mojokerto “jangan segan-segan” kalimat itulah yang membuat narto menjadi tenang betapa didunia ini banyak sekali orang baik yang selalu menolongnya,
       Selain disurabaya pameran keliling yang menjadi khas dari sanggar bamboo ini juga mengunjungi sebuah kota kecil disebelah timur semarang yaitu adalah pekalongan dipekalongan ini narto bertemu dengan orang-orang yang luar biasa lagi salah yaitu seorang petani yang snagat menggemari seni lukis, petani tersebut sangat antusias menyambut pameran keliling sanggar bamboo tersebut petani tersebut bukanlah petani biasa yang meggarap lading namun adalah petani pemilik lahan tak heran untuk menyalurkan hobbynya melukis dia sampai belajar ke prancis belanda dan Negara eropa lainya mengetahui misi sanggar bamboo dalam mengadakan pameran keliling ini dia menyebut bahwa misi sanggar bamboo sebagai missiong sekre yang dalam bahasa Indonesia adalah misi suci yang artinya bahwa tujuan sanggar bamboo yang mencerdaskan bangsa ini seperti misi yang sangat suci
       Selain bertemu dengan seorang petani yang sangat luar biasa pameran keliling dikota pekalongan ini juga mempunyai cerita lucu ketika itu ada seorang pembeli yang menanyakan harga sebuah lukisan karya sanggar bamboo karena tidak ada termpampang harganya dilukisan itu saat menanyakan harga kepada narto dan hanya menjawab berani berapa saat itu si pembeli merasa takut kalau-kalau harga lukisan tersebut kelewat mahal padahal disisi lain narto siap melepas lukisan tersebut diharga berapapun namun akhirnya si pembeli ragu dan tidak jadi membeli lukisan itu
       Sanggar bamboo selalu menghasilkan karya yang sangat luar biasa dan sangat bernilai banyak pelukis kenamaan lahir dari snaggar bamboo  seperti GM sidarta mien brojo dan wardoyo mereka mempunyai kemampuan yang sangat luar biasa untuk menghasilkan karya yang luar biasa pula bahkan wadoyo salah satu murid sunarto mendapat julukan seorang raja pastel karena kualitas lukisannya dalam menggunakan media pastel
            Sanggar bamboo adalah sanggar yang terus menerus berkembang adalah tempat pertemuan dan medan persahabatan itu adalah sloganya yang digunakan untuk memacu para anggotanya untuk menjadi lebih baik lagi. Dalam memberikan apresisasi terhadap karya seni sanggar bamboo mengadakan pawiyatan setiap beberapa waktu sekali pawiyatan ini sangat meriah dan membua para wartawan tertarik untuk menulisnya salah satunya adalah popo iskandar beliau menulis apa yang telah sanggar bamboo ini perlu mendapatkan apresiasi dari pemerintah karena sanggar bamboo ikut dalam mencerdaskan bangsa terutama dibidang seni dengan membuka mata masyarakat tentang apa itu seni namun hal itu tidak pernah didapatkan sanggar bamboo.
            Saat pembukaan sanggar bamboo tahun 1959 digendingan sleman Yogyakarta, sanggar bamboo menunjukan bahwa sanggar bamboo adalah sebuah sanggar yang professional dalam mengembangkan kegiatannya dan bukanlah sanggar yang dibawah suatu kekuatan politik tertentu artinya sanggar yang bebas dari politik, jadi saat kisruh PKI terjadi diindonesia sanggar bamboo dengan tenang tetap berkembang tidak seperti kelompok-kelompok lain yang ditumpas oleh PKI
Indonesia merupakan Negara penuh sejarah dalam membentuk sebuah Negara kesatuan yang besar ada sebuah momen yang sangat berarti bagi Indonesia yaitu saat perebutan irian barat saat itu irian memang belum dikuasai dan belum menjadi bagian dari Negara Indonesia maka dari itu diadakan sebuah oprasi yang bertujuan untuk membebaskan irian barat yang saat itu dikuasai belanda dalam momen itu tentu tidak hanya militer saja yang berpengaruh tentu dibalik penyerbuan itu ada peran seniman-seniman dibaliknya termasuk sanggar bamboo. Saat bung karno mulai untuk memperintahkan merebut irian barat sanggar bamboo langsung mulai merespon dengan membuat poster-poster yang bertujuan untuk mempompa semangat, mengajak, menyadarkan masyarakat akan momen itu.
Dalam momen itu secara tidak langsung juga menunjukan suatu hal yang membedakan dengan sanggar-sanggar lainnya yaitu sanggar bamboo mencari apa yang bisa dikerjakan dan belum dikerjakan seni rupa karena poster adalah bagian dari seni rupa bukan seni lukis namun sanggar bamboo membuatnya dan memulainya. Dari banyak poster yang dibuat sanggar bamboo ada sebuah poster yang sangat berkesan poster ini adalah poster raksasa yang sangat besar memuat gambar tangan dan pistol dan juga ada tulisan yang sangat membakar semangat para pejuang saat itu “kami cinta damai, tapi kami lebih cinta kemerdekaan” menjelaskan saat itu kondisi Indonesia sudah mulai damai tapi disisi lain kehadiran belanda di irian saat itu dianggap sebagai pengganggu kemerdekaan Indonesia. Poster-poster yang dibuat sanggar bamboo tersebut adalah biaya sendiri dari sanggar bamboo dalam rangka pengisi kemerdekaan dan penerus kemerdekaan dan hal tersebut seluruh poster itu dibuat secara mandiri oleh sanggar bamboo baik pembuatan dan pemasangan juga besama suyono palal saat itu sunarto pr berkeliling jogja untuk menentukan dimana poster-poster tersebut dipasang
Kemandirian sanggar bamboo dalam membuat poster-poster ternyata menimbulkan respon gerakan pro nasional bergerak ke seniman-seniaman yang ada diyogyakarta untuk membuat poster-poster bertemakan perebutan irian barat dan dalam pembuatan poster-poster tersebut juga didanai oleh pemerintah
Dalam membuat poster tersebut sunarto pr diilhami oleh karya salah satu maestro lukis indoneisa yaitu afandi yang saat jaman perang kemerdekaan tahun 1945 membuat poster yang sangat fenomenal bertuliskan bung ayo bung untuk mempompa semangat pejuang saat itu.
            Selain poster-poster dalam rangka merebut irian barat sanggar bamboo juga mempunyai karya poster yang sangat luar biasa yaitu saat restorasi Borobudur poster tersebut di beri nama yaitu SOS Borobudur, SOS merupakan sinyal jika ada bahaya dan poster ini digunakan sebagai media kampanye restorasi Borobudur disolo pada tahun 1971
            Sanggar bamboo adalah sanggar yang besar, perjalanan yang dilalui sanggar bamboo sangat berilku namun daintar sulitnya halangan yang dilewati sanggar bamboo tetap berdiri sebangai sanggar yang berkualitas dan berorientassi pada mecedaskan kehidupan bangsa lewat karya-karyanya mungkin ini karena sebuah kalimat yang telah tercipka ketika sanggar bamboo didirikan yaitu adalah “tempat pertemuan dan medan persahabatn” sebuah kalimat yangsangat sederhana namaun mempunyai arti yang sangat luar biasa dan sangat layak untuk kita teladani
Bermula dari pendirian sanggar bamboo pada tahun 1959 di gendingan sleman Yogyakarta. Tampat petemuan dan medan persahabatan ini dapat dijelaskan bahwa sanggar bamboo adalah tempat berkumpulnya individu, yang dihasratkan memicu kreativitas dari masing-masing anggota sanggar tersebut. Kalimat kecil tersebut juga seolah menjadi mantra bagi seluruh anggota sanggar untuk suatu pengikat dan inspirasi.
 Tempat pertemuan dapat diartikan adalah sanggar bamboo yang menjadi tempatnya bertemu setiap-setiap individu dimana mereka membentu suatu ikatan keluarga disana sedangakan medan persahabatan dapat diartikan bahwa disanggar bamboo mereka kenal tentu disana terjadi interaksi-interaksi antar anggota sanggar yang lama-lama menjadi teman dan hingga ikatan pershabatan.
Tentu filosofi atas sebuah mantra sanggar bamboo tersebut sangat bagus dan sangat pantas untuk kita teladani dimana sekarang ini nilai-nilai pershabatan dikalangan masyarakat khususnya sangat kurang,
Sejak pertama didirikan sanggar bamboo menyatakan bukanlah suatu organisasi yang bebas dari dunia politik ini juga yang membuat sanggar bamboo merdeka dalam berkarya tidak ada intimidasi dari suatu rezim tertentu. Tidak seperti organisasi lain yang seperti punya musuh atau pesaing sanggar bamboo merasa itu adalah hal yang sangat bodoh karena sanggar bamboo tidak butuh musuh atau pesaing karena bagi sanggar bamboo musuh mereka adalah pihak-pihak yang merusak Indonesia seperti oknum yang menebangi hutan, pembakaran hutan, koruptor dll
Selain bukan dibawah suatu organisasi politik sanggar bamboo juga tidak berorientasi pada materi adalah pendidikan dengan mencerdaskan bangsa dengan seni itulah sanggar bamboo benar-benar sangat mengabdi pada oindonesia tanpa mengharap suatu timbal balik dari pemerintah. Hal itu sangat luar biasa tidak banyak orang-orang didunia khususnya diindonesia mempunyai gagasan yang sebagus itu hingga seorang affandi seorang maestro lukis diindonesia menjuluki sanggar bamboo sebagai sanggar yang sangat Indonesia
Suatu organisasi tentu memiliki symbol atau lambang, lambang tersebut adalah cerminan satu organisasi bagaimana tentang tujuan makna organisasi tersebut begitupun sanggar bamboo. Sanggar bamboo mempunyai lambang atau sering kita sebut sebagai logo yaitu adalah lima ekor kuda didalam sebuah  lingkaran tentu ini mempunyai banyak makna dibalik lambang tersebut
Pemilihan binatang kuda untuk menggambarkan sanggar bamboo memang sangat pas kuda adalah binatang yang indah, gagah, dan kuat. Sifat kuda yang tidak kenal lelah dalam bekerja juga tercermin dalam sanggar bamboo. Selain itu kuda adalah hewan yang tidak bisa diam siang malam kuda selalu bergerak siang malam dan hal ini diharapkan menjadi semangat para anggota sanggar untuk terus menerus bekerja dan mencerdaskan bangsa lewat karya seni. Dalam logo atau lambang sanggar bamboo terdapat lima ekor kuda ini menggambarkan pancasila dimana sanggar bamboo sangat menjunjung tinggi pancasila sebagai ideology bangsa Indonesia dan sanggar bamboo bernaung dibwahnya
Selain kuda sebagai salah satu unsur lambang atau logo sanggar bamboo ada juga sebuah lingkaran besar yang melingkari lima ekor kuda tersebut. Lingkaran itu adalah matahari, matahari adalah sumber energy paling utama bagi semua makhluk hidup. Matahari adalah sumber kehidupan tanpanya kita tidak akan bisa hidup dan akan merusk semuanya termasuk sanggar bamboo.

           

5 komentar:

  1. Maaf boleh tau sejarah tentang komunitas bambu ini sumbernya darimana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk sumbernya saya dengan temen2 observasi sendiri ke beliau bapak sunarto pr

      Hapus
  2. Hai Zaki,

    Saya juga ingin tahu sumber tentang komunitas bambu ini dari mana. Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. lewat wawancara langsung ke narasumber bapak sunarto pr

      Hapus
    2. Bisa diketahui tarikh wawancara tersebut dilakukan saudara Zaki? Juga, jika bahan tersebut dimasukkan ke media lain untuk dibuat referensi? Terima kasih. sharifah_izah@yahoo.com

      Hapus